23 Desember 2009

Apa Yang Membuat Bisnis Begitu Sulit?

Mungkin kita semua sudah sering mendengar bahwa hanya ada 20% perusahaan yang akan survive dalam 5 tahun pertama dan 4% pada 10 tahun pertama. Saya pernah ditanya: Mengapa hal ini bisa terjadi?

Berdasarkan pengalaman saya yang telah membangun perusahaan selama 12 tahun, saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

Michael E. Gerber di bukunya yang sangat terkenal E-Myth, Why Small Business Doesn't Work And What to do about it, mengatakan bahwa bisnis kecil umumnya dimulai dari seseorang profesional yang merasa dia bisa menjalankan bisnis lebih baik dari bosnya.
Seorang koki selalu bermimpi membuka bisnis restoran. Programmer akan bermimpi membangun software house, dan seterusnya.

Lalu apa yang salah dari seorang profesional pindah menjadi pebisnis? Bukankah dia sangat mengetahui bidangnya? Ya, betul. Tantangannya adalah, di bisnis ada 7 hal lain yang harus kita kuasai di samping produk/service yang kita sediakan.
Tujuh bidang yang perlu dikuasai oleh seorang pebisnis, terlepas dari apa pun produk/jasa yang dia tawarkan adalah:
  1. Marketing
  2. Selling
  3. Customer service
  4. Finance
  5. Team building
  6. System
  7. Operation
Nah, kembali ke pertanyaan awal, mengapa hanya ada 4% bisnis yang bertahan setelah 10 tahun? Jawabannya, menurut saya, adalah: karena tidak semua pebisnis menguasai ke-7 area tersebut.

Lalu apa yang bisa kita lakukan agar bisa sukses menjalankan sebuah bisnis?
Ada 2 pilihan:
Pertama adalah: Apabila Anda cukup beruntung memulai sebuah usaha dengan modal yang sangat banyak, Anda bisa meng-hire manager professional di masing-masing bidang tersebut. Anda mencari manager marketing, manager sales, dst. Tentu saja tidak sesederhana itu. Anda masih harus mempunyai skill untuk me-manage mereka.

Namun sayangnya, tidak semua pebisnis mempunyai kemewahan seperti itu. Terkadang kita harus memulai sebuah bisnis dengan modal dengkul (bootstrap). Lalu, apa solusinya?
Pilihan kedua adalah: Kita pelajari sendiri semua bidang tersebut. Hah...? Mempelajari semua bidang? Mungkin kata Anda terkejut. Berapa lama bisa menguasai semua bidang tersebut? Tergantung dari gairah Anda sendiri. Bisa 3 tahun, bisa 5 tahun, bisa 10 tahun. Saya tidak tahu. Tapi yang saya tahu pasti, bisnis Anda tidak akan bisa berkembang dengan pesat bila salah satu dari ke-7 area tersebut ada yang lemah.

Untuk membuktikan pendapat saya di atas, saya mempunyai teori yang saya sebut dengan Teori Satu Nol.
Bunyi teori ini adalah: Hasil maksimal dari sebuah sistem yang saling bergantungan tergantung pada kapasitas komponen terlemah. Well, harus saya akui saya 'mencuri' teori ini dari Theory of Constraint-nya Eliyahu Goldratt.
Sebagai contoh: lihat persamaan matematika berikut: 1 x 1 x 1 x 1 x 1 x 1 x 1 = 1. Ya, semua orang sudah tahu itu.
Apa hasil persamaan tersebut apabila salah satu dari faktor kali tersebut menjadi 0? Menjadi 0 bukan? 1 x 1 x 1 x 0 x 1 x 1 x 1 = 0

Dan kalau kita memperbaiki di bidang yang skornya 0 menjadi 0,1, maka persamaannya menjadi: 1 x 1 x 1 x 0,1 x 1 x 1 x 1 = 0,1

Teori saya terbukti kan? Output terbesar kita ditentukan oleh constraint terlemah kita.

Itu artinya, apabila kita lemah di 1 bidang, maka akan mempengaruhi hasil dari bisnis kita secara keseluruhan.

Memang tidak mudah untuk menguasai 7 bidang di atas. Namun hasilnya pastilah akan manis apabila kita bertekun untuk terus belajar dan menempa diri. Jadi mulai dari sekarang, silahkan mulai pelajari masing-masing bidang tersebut di atas. Cari buku, ikuti seminar, ikut business coaching. Lakukan apa pun yang bisa Anda lakukan untuk menguasainya. Niscaya bisnis Anda pasti akan sukses.

Semoga bermanfaat.

02 Oktober 2009

Dreamketing

Saya baru saja selesai menonton DVD dari Tom Peters dengan judul: "Re-Imagine! Business Excellence in A Disruptive Age". Bagi yang belum tahu siapa itu Tom Peters, beliau adalah yang menulis buku "In Search Of Excellence". DVD ini bisa ditemukan di toko buku Gramedia terdekat.

Ada banyak hal yang dibahas di DVD tersebut. Salah satu hal yang mengesankan saya adalah tentang Dreamketing. Dreamketing adalah marketing gaya baru yang diperlukan untuk memenangkan persaingan bisnis di jaman sekarang.

Beliau mengatakan bahwa supply yang disediakan oleh produsen mulai berubah sesuai dengan jaman secara berurutan sebagai berikut:
  1. Raw Material.
  2. Barang
  3. Jasa
  4. Pengalaman (Experience)
  5. Impian yang menjadi kenyataan.
Marketing jaman sekarang bukan lagi jamannya hanya sekedar menawarkan produk atau jasa atau bahkan komoditi. Sudah bukan lagi kita memenuhi Needs atau Wants. Tapi kita sudah harus memikirkan tentang Dreams dari customer.

Bagi perusahaan yang berhasil mengetahui Dreams dari customer dan membuatnya menjadi kenyataanlah yang akan memenangkan persaingan bisnis masa kini.

Top Executive perusahaan Harley Davidson mengatakan bahwa mereka bukanlah perusahaan pembuat sepeda motor, tapi mereka adalah perusahaan Life style. Produk mereka akan membuat "Seorang akuntan berusia 43 tahun dan mengenakan jaket kulit masuk ke kampung dan ditakuti oleh orang-orang sekitarnya". Itulah yang disebut dengan Dreamketing.

Wanita juga termasuk yang memegang peranan penting dalam Dreamketing ini. Apabila kita bisa mewujudkan impian para wanita, mereka bukan hanya akan membicarakan produk Anda, mereka bahkan menjadi bagian dari produk tersebut.

Pikirkan ulang (Re-Imagine) produk yang sedang Anda tawarkan. Maka perusahaan Anda akan survive melewati masa yang tidak menentu saat ini.
Masih ada banyak lagi yang dibahas di Re-Imagine. Segera cari DVD-nya dan tonton habis.

10 Juli 2009

Pentingnya Value di Perusahaan

Minggu lalu saya makan di Noodle Cafe, Mal Taman Anggrek. Setelah saya duduk dan order, sambil menunggu makanan datang, saya mulai mengamati suasana di Cafe tersebut. Perasaan saya mengatakan ada sesuatu yang tidak betul di cafe tersebut. Selidik punya selidik, ternyata karyawan di situ, tampangnya tidak ceria, kalau tidak mau disebut cembetut. Bahkan penerima tamunya pun tampangnya sama cembetutnya.

Selesai makan, saya menghampiri kasir untuk bayar. Total tagihan Rp.32.500. Saya membayar dengan 1 lembar 50,000 dan dikembalikan dengan 1 lembar sepuluh ribu dan 5 koin lima ratusan. Saat saya jalan keluar saya baru sadar ada yang keliru. Saya hitung ulang kembaliannya. Ternyata hanya Rp. 12.500. Berarti kurang Rp.5.000. Saya kembali lagi ke kasir tersebut. Dalam hati saya, mungkin bakalan alot karena saya sudah berjalan ke luar.

Kepada kasir saya bertanya: “Berapakah uang kembaliannya?
Kasir: “17.500 kan?
Saya tidak menjawab, hanya menunjukkan uang kembaliannya.
Kasir: “O..., kurang 5.000 ya?”.
Saya pikir: “Kok dia tahu kurang 5.000? Dia sendiri belum melihat & menghitung uang kembalian yang saya sodorkan?

Seketika itu saya langsung sadar bahwa kemungkinan hal ini memang disengaja. Mungkin dia pikir pelanggan tidak akan hitung ulang. Dengan entengnya dia kembalikan uang 5.000 dengan permintaan maaf.

Apa yang saya pelajari dari kejadian tersebut?
Berikut hipotesa saya: Terlihat karyawan di sana tidak puas dengan kebijakan perusahaan (terlihat dari bahasa tubuh mereka). Dugaan saya adalah masalah uang. Hal itu yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan korupsi seperti cerita di atas.

Bila karyawan kita berperilaku seperti itu, siapakah yang salah? Saya pribadi berpendapat kesalahan terletak pada pemilik perusahaan. Setiap Business Owner (BO) berkewajiban untuk membuat sebuah aturan main dasar. Umumnya aturan main ini disebut sebagai Core Value atau Nilai inti.

Apa itu Core Value? Core Value adalah hal-hal yang dihargai, dijunjung tinggi, dijalankan, dan merupakan jiwa dari sebuah organisasi. Umumnya core value merupakan sebuah kata sifat dan dilengkapi dengan penjelasannya. Setiap karyawan harus tahu persis nilai-nilai apa saja yang harus dijaga dan apa konsekuensinya bila tidak diikuti. Tidak ada perusahaan yang bisa menjadi besar & bertahan lama tanpa adanya Core Value yang kuat.

Bagaimana cara membuat Core Value sebuah perusahaan? Mudah sekali. Core Value itu harusnya merupakan cerminan dari diri sang BO. Galilah dari sisi sang BO sendiri, dari sisi Customer dan dari sisi Team. Bila masing-masing didapatkan 3-4 value, maka Anda akan dapatkan total 9-12 value. Lakukan proses ini bersama dengan tim inti. Minta pendapat dan masukan dari mereka. Percaya dengan saya, masukan mereka akan mewakili suara hati tim Anda.

Setelah dapat, coba dievaluasi, disusun berdasarkan prioritasnya. Pastikan semua value ini tidak ada yang saling bertentangan. Dan yang terpenting, pastikan Anda hanya memasang value yang Anda sendiri hargai dan mau jalankan. Integritas Anda adalah faktor yang terpenting.

Setelah selesai, agar Core Value bisa diketahui, dimengerti, dan dijalankan oleh setiap anggota tim, kita perlu dokumentasikan, pasang di tempat yang mudah dilihat, dan juga harus sosialisasikan. Percaya sama saya, poin yang terakhir adalah hal yang paling sulit.
Dibutuhkan persistensi, disiplin dan keteguhan hati yang besar agar Core Value ini bisa mendarah-daging semua karyawan.

Setiap hari Anda harus melakukan Management by wandering around untuk 'menangkap' karyawan yang sedang menjalankan (atau tidak menjalankan) value.

Sebagai contoh: Imamatek memiliki core value yang disingkat menjadi: Bimma Kini Kuat & Sehat.
Kepanjangannya adalah:

  1. Bersih & Jujur
  2. Integritas
  3. Makmur
  4. Mandiri
  5. Kreatif
  6. Kualitas
  7. Seimbang
  8. Empati
  9. Saling MengHargai

Core value ini digunakan pada saat:
  1. Awal perekrutan karyawan, untuk memastikan tim yang akan bergabung telah memiliki value yang sama.
  2. Akhir minggu dibacakan keras-keras, lengkap dengan penjelasan dan contoh perilaku yang mendukung & tidak mendukung.
  3. Evaluasi performance secara periodik.

Kembali ke cerita di Noodle Cafe di atas. Terlihat dengan jelas bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki core value, dalam hal ini value terhadap customer service dan kejujuran. Kasirnya dengan berani melakukan korupsi. Kalau hal tersebut terjadi di Imamatek, konsekuensinya sudah jelas.Tidak ada SP-SP-an. Yang ketahuan akan langsung di-out.

Semoga artikel ini bisa membantu para BO membentuk Core Value yang kuat di perusahaannya.

27 April 2009

Imamatek lebih bayar pajak

Hmmm, ternyata Imamatek lebih bayar pajak. Lebih bayar pajak umumnya menjadi momok bagi para pebisnis karena hal itu berarti akan diperiksa.

Saya sendiri sebetulnya sangat antusias dan menantikan momen seperti ini. Banyak yang mengatakan kepada saya bahwa percuma membayar pajak dengan benar (lapor 100%) karena saat diperiksa pasti ada saja yang salah (atau dicari-cari kesalahannya).

Sejujurnya saya tidak percaya akan hal ini karena saya sendiri sudah melihat banyak perusahaan yang lapor pajak dengan jujur. Saat diperiksa pajak, mereka aman-aman saja dan tidak ditemukan temuan.

OK, sekarang Imamatek sudah lebih bayar. Berarti tinggal tunggu waktu (biasanya 1 bulan)  hingga muncul pemberitahuan akan diperiksa. Kita lihat saja nanti apakah mitos: "Percuma bayar pajak dengan benar, nanti juga pasti akan dipersalahkan" benar atau cuma isapan jempol semata.


Kembali Diundang Menjadi Guest Lecturer di LPPM

Tanggal 29 April 2009 saya kembali diundang menjadi dosen tamu di LPPM. Mata kuliah yang saya ajarkan adalah Manajemen produksi dengan topik Synchronous Manufacturing. 

Sejak tahun 2005 secara berkala saya diundang oleh Pak Sumartoyo, Dba untuk mengisi kelas perkenalan cara membuat jadual produksi berdasarkan sistem Synchronous Manufacturing (Sync Mfg). Sync Mfg sering juga dikenal dengan Theory of Constraint (TOC) yang pertama kali diperkenalkan oleh Eliyahu Goldratt. Saat ini Sync Mfg sudah digunakan oleh banyak perusahaan manufaktur terkemuka di dunia, di antaranya adalah: Boeing dan Seagate

Sistem ini telah terbukti bisa meningkatkan performa produksi sebuah pabrik secara signifikan. Produksi bisa dikerjakan dengan lebih cepat, kapasitas produksi menjadi meningkat, biaya dalam bentuk inventory juga bisa ditekan.

Sedikit mengenai Sync Mfg. Prinsipnya adalah: Keluaran dari sebuah sistem akan dibatasi oleh resource yang paling rendah. Hal ini bisa dianalogikan seperti sebuah rantai. Kekuatan sebuah rantai akan ditentukan oleh sambungannya yang paling lemah.

Sayangnya, saat ini belum banyak perusahaan manufaktur di Indonesia yang sudah mengadopsi teknik produksi seperti ini. Kebanyakan pabrik di Indonesia masih bergumul dengan masalah pasar dan bertahan hidup. Belum banyak yang sudah masuk ke tahapan efisiensi produksi.

Semoga dengan semakin banyaknya pelajar yang memahami Sync Mfg, akan semakin banyak pabrik-pabrik di Indonesia yang makin efisien dan kompetitif di pasar.

25 Februari 2009

Booming Software Akuntansi Paket di Indonesia di Tahun 2010

Booming Software Akuntansi Paket di Indonesia di Tahun 2010

Tidak ada data yang pasti berapa nilai pasar software akuntansi paket di Indonesia. Perkiraan saya adalah sekitar 10-12 Milyar pada tahun 2008. Angka itu didapatkan dari beberapa vendor software akuntansi paket yang ternama di Indonesia saat ini, seperti: Imamatek, CPSSoft dan Zahir. Dari laporan jumlah customer yang mereka akui di website mereka dibagi dengan lamanya mereka sudah beredar dikalikan dengan harga jual rata-rata produk mereka, maka didapatkanlah angka prediksi tersebut.

Dengan pasar yang sedemikian besar sebetulnya tidak terlalu menarik untuk digeluti. Seperti yang saya kutip dari perkataan Bapak Handy Irawan, direktur dari Frontier Consulting di seminarnya yang berjudul: Business Opportunities & profit in the middle of uncertainty, sempat mengatakan bahwa industri software di Indonesia di tahun 2009 belum akan berkembang pesat. Saya mengamini perkataan pakar marketing tersebut.

Beberapa fakta yang mendukung pendapat di atas antara lain:

80% dari pengusaha kecil anggota Kadin Jakarta belum memiliki NPWP dan “Kebanyakan pengusaha kecil juga tidak memiliki pembukuan yang teratur” (sumber: Kompas 24 Februari 2009). Angka yang kurang lebih sama juga didapatkan dari survei potensi pasar yang dilakukan oleh PT Integritas Makmur Mandiri (Imamatek). Imamatek mendapati bahwa baru sekitar 20% perusahaan di Jakarta yang menggunakan software akuntansi.

Namun kondisi ini segera akan berakhir.

Berikut analisanya:

Dari sektor pajak, Ibu Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan RI menargetkan penerimaan dari sektor pajak di tahun 2009 adalah sebesar 671,9 trilyun, meningkat 19% dari tahun sebelumnya. Pemerintah mulai serius untuk memberlakukan kebijakan 'Semua orang harus bayar pajak'. Bukti keseriusan ini adalah secara bertahap tarif Pph Badan diturunkan dari 30% menjadi tarif tunggal 28% (2009) dan 25% (2010). Hal ini untuk mendorong lebih banyak perusahaan yang membayar pajak dengan benar.

Lalu apa hubungannya pajak dengan software akuntansi? Tentu saja ada hubungan yang sangat erat. Salah satu syarat untuk pelaporan pajak adalah adanya pembukuan yang rapi. Kita semua tahu bahwa untuk menyusun laporan keuangan yang rapi secara manual (tanpa software) adalah sangat sulit. Oleh sebab itu dengan adanya tekanan dari pemerintah yang mengharuskan semua perusahaan membayar pajak dengan benar secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan software akuntansi paket.

Gelombang besar ini (peningkatan kebutuhan akan software akuntansi paket) akan menciptakan iklim yang kondusif di industri software Indonesia. Kapan waktunya? Menurut perkiraan saya: 2010 atau paling lambat 2011 adalah prediksi yang cukup berani. Dari mana dasar perhitungan saya?

Tahun 2008 dan awal 2009, akibat dari peraturan sunset policy, telah bertambah 1,4 juta NPWP perorangan baru. Harusnya angka ini juga ikut mendongkrak jumlah NPWP badan. Selama tahun 2009, mereka mulai berkutat dengan sistem pencatatan manual yang sulit sehingga secara tidak langsung pasti akan terpikirkan untuk menggunakan software akuntansi.

Jadi merupakan prediksi yang cukup konservatif apabila memperkirakan pasar software akuntansi paket di Indonesia akan meningkat paling tidak 10 kali lipat. Nilai pasar Rp. 100 hingga 200 milyar per tahun tentunya akan menjadi pasar yang menarik bagi siapapun juga.


02 Februari 2009

Mitos Di balik Prinsip "Anda"

Di dalam dunia copywriting, terdapat sebuah mitos yang mengatakan bahwa semua materi promosi yang kita tulis harus mengandung kata 'Anda' (you). Bila tidak ada kata 'Anda' maka Anda telah melakukan kesalahan terbesar di dunia copywriting.

Well, mengejutkan sekali. Saat saya belajar ilmu copywriting dari Michael Patterson pendiri AWAI dikatakan bahwa sebetulnya di balik prinsip You ini ada 2 prinsip yang lebih mendasar. Dua prinsip ini adalah: Prinsip Manfaat dan Prinsip Keintiman. Dengan menggunakan kata 'Anda' secara tidak langsung Anda dipaksa untuk berpikir menggunakan kedua prinsip di atas.

Walaupun demikian, Anda bisa saja menulis dengan menggunakan kata 'Anda' namun tidak menggunakan prinsip manfaat dan keintiman.  Anda bisa berkata: "Saya akan berhenti bercerita tentang diri saya. Apa yang Anda pikirkan tentang saya?" Kalimat ini, walaupun mengandung kata 'Anda', sama sekali tidak mencerminkan prinsip manfaat & keintiman.

Ada banyak contoh direct mail yang sangat sukses sekali namun tidak menggunakan kata pengganti kedua. Mereka justru menggunakan kata pengganti pertama bahkan ketiga. Begitu pula sebaliknya, prinsip penggunaan kata pengganti kedua banyakberhasil namun banyak juga yang gagal. Jadi, daripada kita menggunakan prinsip yang tidak selalu berhasil, lebih baik kita gali lebih dalam prinsip yang selalu berhasil.

Prinsip Manfaat
Saat kita bercerita mengenai sesuai, topiknya harusnya memiliki manfaat dari sisi customer. Istilah umumnya adalah AMBAK = Apa Manfaat Bagi AKu. Kalau dalam bahasa Inggris-nya: stasion radio yang paling banyak didengar orang: WII FM = What's In It For Me.
Dalam setiap tulisan Anda, harus selalu menceritakan manfaat produk/jasa yang Anda tawarkan di lihat dari sisi sang customer.

Prinsip Keintiman
Prinsip kedua yang harus dipegang saat menulis materi promosi adalah harus mengandung keintiman. Si pembaca tulisan Anda harus merasa dekat dengan Anda sebagai penulis.

Ada beberapa cara untuk menjalin keintiman dengan pembaca/prospek antara lain:
  1. Gunakan kalimat yang menyuarakan keintiman. Kalimat yang kita gunakan haruslah kalimat seperti sedang bercakap-cakap secara langsung. 
  2. Tampilkan foto Anda. Dengan melihat siapa yang menulis secara langsung, persepsi si pembaca akan berubah. Dia akan merasa lebih dekat dengan Anda.
  3. Kenakan sepatu si customer.  Anda harus berpikir dari sisi target pasar Anda. Apabila Anda sedang menulis materi promosi untuk anak remaja, coba ceritakan masa remaja Anda yang menghadapi masalah yang sama dengan anak remaja saat ini.
  4. Buka-bukaan. Anda bisa menceritakan sedikit cerita rahasia yang selama ini tidak banyak orang yang tahu mengenai Anda. Mungkin cerita yang sedikit memalukan ataupun yang menyakitkan. Sehingga target pasar Anda bisa melihat diri Anda sama seperti mereka.
  5. Ajak mereka bergabung dengan "kelompok khusus" yang Anda bentuk sendiri. Misalkan Anda sedang mencoba mempromosikan susu untuk body builder, Anda bisa mengatakan Anda dan audience sebagai "Fitness Mania".
  6. Bentuk musuh bersama. Berhubungan dengan poin 5, kita bisa membentuk kelompok lain yang 'memusuhi' kelompok Anda. Misalkan, melanjutkan contoh nomor 5, Anda bisa menulis: "Banyak orang mengira bahwa body building hanya untuk orang yang mau membentuk otot namun tidak berotak."

Demikian sharing dari apa yang telah saya pelajari. Mulai sekarang, apabila ada yang mengatakan kepada Anda tentang prinsip "Anda", Anda telah tahu bahwa pengetahuan Anda lebih banyak dari mereka.
Semoga bermanfaat bagi Anda yang sedang mencoba membuat brosur, website, iklan dan materi iklan lainnya.

Action Award

Hari Jumat kemarin saya menghadiri acara Action Award, sebuah acara yang diadakan oleh ActionCoach, sebuah perusahaan pelatihan bisnis asal Australia. Tanpa di duga, perusahaan saya, Imamatek dinominasikan di 2 kategori, antara lain: The Most Improved Do dan The Most Improved System.

Puji Tuhan, saya berhasil membawa pulang 1 award, yaitu sebagai The Most Improved Do. ActionCoach menilai bahwa apa yang telah saya lakukan selama 2008 cukup bisa menginspirasikan client-client ActionCoach yang lain.

Tahun depan, bila Tuhan mengijinkan, Imamatek akan meraih penghargaan yang lebih besar lagi. Mohon dukungannya.

31 Januari 2009

Akuntansi? Saya belum perlu!

Jawaban seperti itu yang sering saya dengar dari pemilik bisnis pada saat ditanyakan pertanyaan: “Apakah perusahaan Anda sudah memiliki sistem Akuntansi?”.

Bagaimana kita tahu apakah Anda sudah perlu sistem akutansi atau belum? Berikut ada beberapa pertanyaan untuk mengujinya:

  1. Apakah Anda tahu persis omset setiap hari?

  2. Apakah Anda tahu persis gross profit per produk/harian/bulanan?

  3. Apakah Anda tahu persis Net profit bulanan/Tahunan?

  4. Apakah Anda tahu persis saldo piutang perusahaan dan umurnya?

  5. Apakah Anda tahu persis jumlah dan nilai sisa stok di gudang serta umurnya?

  6. Apakah Anda tahu persis saldo hutang dan umurnya?

  7. Apakah Anda tahu persis ke mana perginya uang perusahaan Anda?

Apabila Anda menjawab 'Tidak' minimal 3 dari 6 pertanyaan di atas itu berarti Anda sebetulnya sudah membutuhkan akuntansi. Hal ini juga berarti bahwa selama ini Anda menjalankan bisnis Anda tanpa benar-benar mengetahui apa yang terjadi di bisnis Anda.

Apakah Anda tahu berapa besar kerugian Anda dengan tidak mengetahui persis ke-7 informasi di atas?

Bila Anda mengetahui informasi di atas, Anda bisa membuat strategi untuk Meningkatkan Profit dan Cashflow perusahaan Anda. Bukankah kedua hal itu merupakan tujuan utama Anda menjalankan bisnis?

Contoh:

  • Bila Anda tahu berapa gross profit Anda, berarti Anda bisa berhati-hati menentukan pricing. Harga jual yang terlalu tinggi akan membuat Anda tidak kompetitif yang berakhir dengan tidak lakunya barang dagangan Anda. Sebaliknya, harga yang terlalu rendah akan membuat profit Anda mengecil atau bahkan rugi.

  • Dengan mengetahui umur piutang, hutang & inventory Anda akan bisa membuat strategi untuk meningkatkan cashflow. Bila Anda tingkatkan rata-rata umur hutang dan menurunkan rata-rata umur piutang dan persediaan Anda, niscaya cashflow Anda pasti akan melonjak.


Dua hal di atas adalah manfaat utama yang bisa Anda dapatkan apabila mempunyai sistem akuntansi yang baik yang bisa menghasilkan laporan keuangan. 

Sudah mulai tertarik untuk segera implementasikan sistem akuntansi di perusahaan Anda? Bila belum, lanjutkan bacanya ya.

Bila manfaat penggunaan sistem akuntansi sedemikian bagusnya, lalu mengapa banyak pebisnis masih enggan menggunakan sistem akuntansi?

Berikut beberapa jawaban dari hasil pengamatan saya selama belasan tahun bermain di industri software akuntansi:

  1. Perusahaan saya masih kecil.

  2. Takut ketahuan orang pajak.

  3. Saya tidak mengerti akuntansi.

  4. Tidak ada orang yang mengurusinya.


Saya biasanya menjawab:

  1. Justru saat perusahaan Anda masih kecil, sistem akuntansinya masih sederhana sehingga lebih mudah untuk diimplementasikan. Mulailah dari kecil dulu dan pilih sistem yang bisa berkembang mengikuti perkembangan perusahaan.

  2. Dari sisi pajak, semakin berantakan pembukuan Anda, semakin menjadi bulan-bulanan petugas pajak. Sebaliknya, apabila Anda mempunyai pembukuan yang rapi, tentunya pembayaran pajak Anda akan semakin jelas dan mudah dipertanggungjawabkan.

  3. Bagi yang tidak mengerti akuntansi, saat ini sudah banyak software akuntansi untuk membantu pencatatan. Saat selesai input data, seketika itu juga laporan sudah bisa disajikan. Anda tidak perlu menguasai akuntansi untuk bisa memanfaatkannya. Sama halnya dengan listrik. Anda tidak perlu mengerti cara kerja listrik untuk bisa menikmatik cahaya lampu listri bukan?

  4. Bagaimana dengan tenaga kerja? Bila aktivitas perusahaan Anda masih kecil, Anda masih bisa handle sendiri atau minta istri/keluarga anda bantu. Tapi apabila aktivitas harian sudah tinggi, ada baiknya Anda mencari tenaga kerja khusus untuk bagian akunting. Kabar bagusnya adalah: lulusan akuntansi yang bermutu berlimpah ruah setiap tahunnya. Anda cari maka Anda akan temukan.


Demikian penjelasan saya mengenai sistem akuntansi. Semoga bisa memberikan manfaat bagi pebisnis yang masih merasa belum saatnya untuk menggunakan akuntansi.





Pajak (lagi)

Ternyata Sunset policy diundur. Dari pernyataan Sri Muliani, ternyata ketahuan bahwa sebetulnya sunset policy ini lebih ditujukan kepada WP kelas kakap. Yah, kita sebagai ikan teri sah-sah saja mengikuti ombak ini dengan baik.

Bagaimana pun juga, saya senang dengan perubahan sistem perpajakan di Indonesia.
Alasannya adalah:
  1. Tarif pajak PPh 21 saat ini sudah lebih masuk akal. Pajak saya di bulan Januari ini bisa dihemat Rp. 1 juta. Luar biasa bukan?
  2. Fiskal luar negeri dihapus. Ini juga kabar bagus. Saya bisa sering-sering ke Singapur untuk beli buku.
Kelihatannya pemerintah sudah sangat serius untuk menggalakkan penerimaan negara dari sektor pajak.  Tarif pajak diturunkan tapi jumlah WP dinaikkan. Jadi otomatis penerimaan pajaknya bisa meningkat.
Mari bangsa Indonesia. Kita sama-sama mendukung negara kita tercinta ini dengan membayar pajak secara benar.