04 April 2014

Mac Book Pro vs Windows based Notebook

Bulan lalu saya baru saja melego Mac Book Pro (MBP). Alasannya adalah, setelah menggunakan MBP selama hampir 2 tahun tanpa masalah, tiba-tiba MBP saya hang tanpa pola yang jelas. Bila sudah hang, saya harus restart berulang-ulang agar bisa nyala lagi.

Setelah cari-cari informasi di internet, diketahui bahwa MBP seri tahun yang saya miliki memang mempunyai masalah dengan Graphical Processing Unit (GPU)-nya. Untuk service, membutuhkan biaya kurang lebih US$300. Itu pun tidak ada jaminan hal yang sama tidak akan terjadi lagi.

Yang membuat saya kecewa bukan hanya biayanya. Namun waktu yang akan terbuang bila saya service ke service center Apple. Akhirnya, dengan berat hati saya menjual MBP saya dengan harga yang sangat miring. Walaupun dalam kondisi rusak, dalam beberapa hari posting di berniaga.com, langsung ada yang beli.

Sekarang saya kembali lagi menggunakan Notebook ber-OS Windows. Kebetulan Notebook yang saya beli merek Asus N56V dengan OS Windows 8 non touch screen. RAM-nya saya tambah dari 8 GB menjadi 16 GB. HD 1 TB.

Berikut perbandingan antara MBP & Notebook Asus:

  1. Penampilan/desain:
    1. MBP (dan produk Apple secara umumnya) unggul jauh dalam hal penampilan dan desain. Body-nya yang full titanium dengan lubang-lubang speaker yang sangat halus sungguh merupakan desain yang indah.
    2. Body yang metal memudahkan saya untuk membersihkan notebook tersebut. Hanya bermodal kain yang dibasahkan, MBP saya bisa kinclong lagi. Bahkan terkadang kalau kepepet, saya gosok dengan jari dan menggunakan (maaf) air liur pun, tetap bisa kinclong. Hehehe.
    3. Suara saat MBP ditutup akan menimbulkan suara BUB yang mantap. 
  2. Usability
    1. Saya adalah pengguna Windows sejak masih Win 3.1. Saat pertama kali menggunakan Mac OS, saya frustasi sekali. Bahkan untuk sekedar cut file pun susahnya minta ampun. 
    2. Namun setelah beberapa bulan penyesuaian, saya mulai mencintai gesture-gesture di track pad-nya yang begitu beragam. Saya bisa pakai 1, 2, 3, 4 bahkan 5 jadi. 
    3. Gerakan antar windows-nya pun sangat mulus sekali.
    4. Asus sebetulnya mulai menyontek usability dari Mac. Dia mulai bisa klik kanan dengan 2 jari. Bisa geser dengan 3 jari. Namun feel-nya tetap masih kalah jauh dari Mac.
    5. Untuk usability, MBP menang.
  3. Spek Hardware
    1. Kedua notebook didukung oleh dapur pacu Intel i7. Keduanya mempunyai power yang sangat tinggi.
    2. Sayangnya, MBP hanya mempunyai 1 slot memory. Jadi saat saya harus upgrade RAM dari 4 GB ke 8 GB, saya harus copot RAM yang lama dan ganti dengan yang baru.
    3. Berbeda dengan Asus, slot RAM-nya ada 2. Jadi saat saya mau upgrade dari 8 ke 16 GB, tinggal pasang 1 keping saja.
    4. HD Asus 1 TB dibandingkan MBP 512 GB.
    5. USB Asus sudah 3.0, sedangkan MBP masih 2.0. 
    6. Video out di MBP menggunakan mini DVI. Sehingga saat harus project ke proyektor, harus membeli connector khusus yang harganya ajubilah mahalnya. Kalau Asus, colokan VGA dengan mulus bisa masuk.
    7. Keyboard sama-sama enak untuk diketik. Sama-sama mempunyai LED bila bekerja dalam kondisi gelap.
    8. Secara umum, spek hardware dimenangkan oleh Asus N56V
  4. Baterai
    1. Keduanya saya jalankan VMWare. MBP hanya tahan 2 jam. Sedangkan N56V tahun hingga 4 jam.
    2. Untuk baterai dimenangkan oleh Asus.
  5. Bobot
    1. Dengan ukuran layar yang sama (sekitar 15"), MBP mempunyai bobot yang lebih ringan.
    2. Sedangkan Asus, beratnya super-duper berat.
    3. Kategori ini dimenangkan oleh MBP.
  6. Harga
    1. MBP harganya lebih mahal, namun dengan mutu onderdil yang ditawarkan sebetulnya tidak mahal-mahal amat. 
    2. Yang mengecewakan adalah: Notebook yang mahal-mahal tapi kualitasnya buruk.
    3. Selama ini saya beli notebook yang high end, tidak pernah rusak di tengah jalan. Think pad saya sudah 8 tahun tidak pernah ada keluhan apa pun.
Secara keseluruhan, sebetulnya MBP masih memenangi kompetisi ini. Saya merindukan gesture tangannya yang begitu mulus. Namun saya harus realistis. Produktifitas kerja lebih penting dari pada estetika & kenyamanan. Jadi saya harus meninggalkan Apple dan kembali ke Windows. 

Sejak mulai kembali ke windows, saya harus mulai menggunakan mouse dan jari-jari tangan saya mulai terasa kaku lagi. Namun saya bisa menerima konsekuensi ini sepanjang saya masih bisa menggunakan komputer saya untuk menghasilkan produk.

Ini hanya opini pribadi. Yang tidak setuju, silakan kasih komentar. Peace!!!

Tidak ada komentar: