23 April 2014

Pertamina vs Shell

Sudah sejak lama saya memutuskan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam mengerogoti keuangan negara dalam bentuk menggunakan BBM bersubsidi.
Untuk membeli BBM non subsidi, ada banyak pilihan, namun cerita di bawah membantu saya untuk membuat keputusan.

Ada teman saya yang bercerita bahwa motornya selalu menggunakan bensin Shell. Setelah menggunakannya bertahun-tahun. Saat service di bengkel, montirnya berkomentar: "Mesinnya baru dicuci ya?". Teman saya mengiyakan, padahal di dalam hatinya dia berkata sudah lama tidak mencuci mesinnya.

Berdasarkan cerita dari seorang teman tersebut, maka saya memutuskan untuk membeli bensin di POM bensin Shell. Sejak saat itu, setiap kali saya harus mengisi BBM, saya akan selalu mencari POM bensin Shell.

Pengalaman saya di POM Bensin Shell sejauh ini sangat menyenangkan. Apa yang saya alami di POM bensin Shell antara lain:

  • Petugasnya ramah-ramah
  • Selalu ditawarkan untuk mengelap kaca depan mobil.
  • Pengisiannya sangat bersih. Tidak ada 1 tetes BBM pun yang tercecer. Mereka dengan halus mengisi BBM hingga penuh tanpa tercecer.
  • Mereka selalu menggunakan sales script yang sama, di mana pun saya mengisi BBM. Misalnya, saya selalu disampaikan: "Kalau mau isi angin ban atau air radiator, silakan menuju ke situ" (sambil menunjuk tempat pengisian angin).
  • Bisa membayar dengan kartu kredit tanpa dikenakan charge 3%.
  • Banyak promo-promo dengan penyedia kartu kredit. Kemarin sempat dapat mobil lego Ferari karena membayar dengan kartu dari Bank tertentu.
  • Petugasnya juga terlihat dipelihara dengan baik oleh perusahaannya. Sebagai contoh: Saya melihat semua petugas pengisian mengenakan sepatu yang sangat bagus. Saat saya memuji sepatu mereka, mereka menjawab: "iya, ini sepatu khusus yang diberikan oleh perusahaan. Kalau kaki terlindas oleh ban mobil, kaki tidak akan cedera". Saya terkejut mendengar hal ini. Berarti Shell sangat memperhatikan kehidupan karyawannya.
Saya selalu menjadi pelanggan setia Shell. 
Memang di hati kecil saya sedikit terganggu karena tidak membeli produk dalam negeri. Namun, toh produk dari Pertamina juga produk import kan?

Nah, satu ketika saat saya sedang mengendarai mobil di tol Cikampek dan BBM sudah hampir habis, sambil menyesali keteledoran saya untuk tidak mengisi Shell sebelum naik tol, saya terpaksa mampir di POM bensin Pertamina.

Apa yang saya alami sungguh luar biasa. Perbedaannya langit dan bumi. Beberapa di antaranya adalah:
  • Bila mau membayar dengan kartu kredit akan dikenakan charge 3%. Saya sempat complain mengenai hal ini. Saya bilang: Harga sama dengan Shell dan produknya bukan BBM bersubsidi, tapi kenapa dikenakan charge? Petugasnya dengan enteng menanggapi: "Sudah kebijakan dari sononya". Untung mereka masih menerima pembayaran dengan kartu debit tanpa dikenakan charge.
  • Saat pengisian hampir penuh, mereka tidak mempunyai tombol untuk merendahkan kecepatan pengisian (seperti di Shell). Alhasil, BBM-nya tumpah ke luar. Saya complain: "Mbak, tolong hati-hati dong mengisinya". Dia memberikan alasan: "Iya, di dalamnya ada udara sehingga BBM-nya terdorong ke luar". Selama saya isi BBM di Shell, tidak pernah 1 kali pun ada setetes yang tercecer. Di sini malah muncrat dengan volume yang lumayan banyak.
  • Tidak ada sales script yang disampaikan oleh petugas. Tidak ada senyuman ramah menempel di bibir mereka. Mereka hanya bekerja layaknya pekerja biasa yang dibayar dengan (mungkin) gaji di bawah UMP.
Demikianlah ungkapan isi hati saya. Anda boleh bilang saya tidak nasionalis karena membeli BBM dari negeri Belanda. Namun dengan harga yang sama saya mendapatkan layanan yang jauh lebih baik dengan produk yang sedikit lebih baik, apa alasan saya untuk menggunakan produk Pertamina?

Tidak ada komentar: